BMW R 1200 CL (2003)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Valves
Gearbox
Final drive

4-stroke, 2 cylinder opposed Boxer air/oil cooled
101 mm x 73 mm
1170 cm3 (cc)
10:1
61 hp (45.5 kW) @ 5000 rpm
98 Nm (72.3 ft. lbs) @ 3000 rpm
4 valves per cylinder
6-Speed
Cardan
Dimensions
Overall length
Overall width
Seat height
Wheelbase
Dry weight
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Suspension (front)
Suspension (rear)


Brake (front)
Brake (rear)

2415 mm (95.1 inches)
853 mm (33.6 inches)
745 mm (29.3 inches)
1650 mm (65 inches)
305 kg (672.4 pounds)
17,5 l (4.6 gallon US)
100/90-18
170/80-15
Motorrad telelever, ctanchion diameter mm, central strut.
145 mm wheel travel
Die cast aluminium single sided swing arm with BMW Motorrad Monolever, WAD strut, spring preload
adjustable to continuously variable levels by
means of hydraulic handwheel. 100 mm wheel travel
dual 305 mm discs with 4-piston calipers
single 285 mm disc with 2-piston calipers

Source:
http://www.motorcyclespecs.co.za

Cagiva Navigator 1000 (2005)

Technical Specifications
Cagiva Navigator 1000
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Max power
Max torque
Valves
Gearbox
Final drive

Liquid cooled, l-twin, 4-stroke
98 mm x 66 mm
342 cm3 (cc)
97 hp (72.3 kW) @ 8400 rpm
88 Nm (64.9 ft. lbs) @ 7000 rpm
4 valves per cylinder
6-Speed
Chain
Dimensions
Overall length
Overall width
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Suspension (front)
Suspension (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2168 mm
825 mm
850 mm
1530 mm (60.2 inches)
180 mm
210 kg (463 pounds)
20 l (5.3 gallon US)
100/90-19
140/80-17
45 mm telescopic hydraulic fork
Proggresive type with single hydraulic shock
single 296 mm disc with 4-piston calipers
single 240 mm disc with 2-piston calipers

Image: http://www.scenicreflections.com

Cagiva SST 350 (1982)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Max power
Max torque
Gearbox
Final drive

air cooled, single cylinder, 2-stroke
80 mm x 68 mm
342 cm3 (cc)
25 hp (18.6 kW) @ 5750 rpm
32 Nm (23.6 ft. lbs) @ 5000 rpm
Manual 5-Speed
Chain
Dimensions
Dry weight
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)

133 kg (293.2 pounds)
14 l (3.7 gallon US)
3.25-19
4.00-18
single 250 mm disc with 1-piston calipers

Source:
http://www.fixya.com

Ada Genderuwo

Sebuah keluarga sederhana hidup di daerah pinggiran ibu kota, bapaknya bernama Edy (37), istrinya bernama Munah (25) dan anaknya bernama Dita (6th). Mereka tinggal di sebuah kontrakan dengan 2 kamar tidur yang hanya dibatasi dinding triplek. Setiap malam, jika Edy ingin memberi 'nafkah batin' dengan Munah, harus menunggu anaknya tertidur.

Suatu hari pukul 22.00, Dita tidak kunjung tidur, malah ingin main ke luar rumah, karena di luar sedang ada hajatan di rumah sebelah yang menghadirkan hiburan organ tunggal.

Dita: "Pak Dita mau nonton dangdut"
Edy: "Nggak boleh..udah malem kamu tidur sana" (kata Edy membujuk, karena saat itu sang ayah ingin sekali mendekati sang istri)

Dita: "Ah engak ah Dita mau nonton dangdut."

Edy langsung puter otak untuk melarang anaknya agar tidak main ke luar dan langsung tidur. Dia pun tau kalau anaknya itu penakut.

Edy : "Eh kalau kamu ke luar nanti di pohon asem samping rumah ada Gondoruwo lho!" (Kata Edy sambil memasang tampang yang menyeramkan, spontan sang anak langsung masuk ke kamarnya sambil teriak-teriak ketakutan.)

Edy: "Yes berhasil."

Tanpa berlama-lama Edy langsung menghampiri Munah yang sudah hampir tidur dan setelah berbisik-bisik sebentar, langsung tancap gas, berbagi nikmat dengan sang istri. Sekitar 30 menit permainan keduanya berlangsung dan Edy hampir mencapai puncaknya lalu berteriak, "ahk..aku mau ke luar!"

Mendadak dari sebelah kamar Dita menyusul berteriak ketakutan, "Jangan ke luar pak!, di luar ada Gonderuwo!" (kpl/dar)

Sumber: http://www.kapanlagi.com/a/ada-gondoruwo.html

Permainan Aklobang (Sulawesi Selatan)

Bugis dan Makassar sesungguhnya dua kelompok etnik yang masing-masing memiliki variasi budaya. Namun, kedua etnik tersebut sering disatukan dengan nama “Bugis-Makassar” karena banyak persamaannya (Melalatoa, 1995:184). Lepas dari masalah itu, yang jelas masing-masing etnik tersebut juga menumbuhkembangkan budaya yang sesuai dengan kondisi geografis daerahnya. Mereka yang tinggal di daerah pesisir Ara, Bima dan Lemo-lemo yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, pada umumnya bekerja sebagai pembuat perahu layar. Keahlian itulah yang kemudian seringkali membuat kaum laki-laki (para suami) meninggalkan desa untuk waktu yang relatif lama (bekerja di luar desanya). Sementara, anak dan isterinya tetap tinggal di desanya dan berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya dengan melakukan berbagai pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, seperti mencari kayu bakar di hutan. Kegiatan mencari kayu bakar yang dilakukan oleh kaum perempuan inilah yang kemudian melahirkan suatu permainan yang disebut sebagai aklobang, karena ketika mereka ke hutan yang diperoleh bukan hanya kayu bakar tetapi, pada musim-musim tertentu, juga buah kemiri. Buah ini sebagian digunakan sebagai pelengkap masakan (untuk memasak) dan sebagian digunakan sebagai alat untuk bermain. Aklobang itu sendiri merupakan gabungan dua kata, yaitu “ak” dan “lobang”. Ak berarti “melemparkan sesuatu” dan lobang berarti “lubang”. Sesuatu yang dimaksud dalam konteks ini adalah “buah kemiri”. Jadi, aklobang dapat diartikan sebagai melemparkan sesuatu ke dalam lubang dengan jarak tertentu.

Pada mulanya sistem permainan ini sangat sederhana. Pemain yang dapat memasukkan kemiri dalam jumlah yang banyak pada lubang yang telah disediakan, maka yang bersangkutan dinyatakan sebagai pemenang. Selaras dengan perkembangan zaman, permainan yang disebut sebagai aklobang ini juga mengalami perubahan, baik yang menyangkut arena maupun aturan-aturan yang mesti disepakti dan atau dipatuhi oleh pemain. Sebagai contoh, jika di masa lalu kemiri yang telah dimainkan akan dibuang begitu saja, maka dewasa ini kemiri tersebut menjadi barang taruhan yang akan dibawa pulang oleh pemenang permainan. Artinya, yang kalah harus menyerahkan kemirinya (sesuai dengan kesepakatan) kepada pemenang.

Permainan semacam aklobang tampaknya tidak hanya dikenal oleh masyarakat Bulukumba semata, tetapi juga masyarakat yang ada di daerah Gowa. Masyarakat Gowa menyebut permainan ini sebagai akkobbang. Namun demikian, tidak sama persis karena di sana alat mainnya bukan buah kemiri melainkan pudek (buah kepundung) atau kelereng. Jumlah lubangnya juga berbeda; jika aklobang hanya sebuah, maka akkobbang tiga buah.

Pemain
Permainan khas orang Bugis-Makassar ini dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak, yang pada umumnya dilakukan oleh anak perempuan usia 6--15 tahun. Jumlah pemainnya 2--6 orang.

Tempat Permainan
Permainan yang oleh orang Bugis-Makassar disebut sebagai aklobang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah lapang atau di pekarangan rumah.

Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan adalah beberapa buah kemiri (jumlahnya tergantung kesepakatan pemain). Kemiri-kemiri tersebut nantinya ada yang digunakan sebagai pelontar (batu pengambak) dan ada yang dijadikan sebagai taruhan. Selain buah kemiri, permainan ini juga memerlukan sebuah papan penampang (pangampang) yang berukuran panjang sekitar 70 cm dan lebar 5 cm. Papan penampang akan ditaruh di belakang lubang dengan jarak sekitar 50 cm yang berfungsi sebagai garis batas jatuhnya batu pengambak. Jika pelemparan batu pengambak melewati garis penampang, maka pemain harus mengulangi lemparannya. Selanjutnya, yang merupakan kelengkapan pokok dalam permainan ini adalah lubang yang berdiameter sekitar 7 cm dan berkedalaman 5 cm.

Aturan Permainan
Aturan permainan aklobang adalah sebagai berikut: (1) pada saat melempar, pemain tidak boleh melewati garis batas; (2) jenis batu pengambak terdiri dari dua macam, bergantung dari jumlah taruhan yang disepakati, yaitu: (a) sapiri diti (kemiri kecil) apabila jumlah taruhannya kecil; dan (b) sapiri lompo (kemiri besar) apabila jumlah taruhannya besar; (3) kemiri yang akan dikenai oleh batu pengambak adalah kemiri yang telah ditunjuk oleh lawan mainnya; (4) pemain yang batu pengambak-nya mengenai batu pengambak lawan yang telah lebih dahulu dilontarkan, harus mengulangi melempar; (5) batu pengambak yang tidak melewati garis batas permainan harus diulangi; (6) pemain yang dapat membuat batu pengambak-nya masuk ke dalam lubang, dapat mengambil seluruh kemiri taruhan yang ada di dalamnya; (7) lemparan tidak boleh mengenai dua buah kemiri sekaligus; dan (8) Untuk mengenai buah kemiri taruhan batu pengambak boleh dipantulkan ke papan penampang.

Proses Permainan
Ada empat tahap yang dilalui atau dilakukan dalam permainan ini. Pertama, ammenteng (pengundian), yaitu sebelum permainan dimulai akan dilakukan pengundian terlebih dahulu, dengan cara melontarkan batu pengambak ke arah lubang. Pemain yang dapat memasukkan batu pengambak-nya ke dalam lubang akan memulai permainan. Namun, apabila tidak ada seorang pun yang dapat memasukkan pengambak-nya ke dalam lubang, maka pengambak yang paling dekat dengan lubang akan memulai permainan. Apabila ada beberapa pengambak yang jaraknya sama, maka pelontarnya diharuskan untuk melempar kembali. Kedua, akbuang (membuang), yaitu pemain yang mendapat kesempatan memulai permainan akan mengumpulkan kemiri taruhan dari setiap pemain untuk disebarkan di sekitar lubang. Ketiga, ajjojjok (menunjuk), yaitu setelah taruhan disebar, pemain lain (lawan) akan menunjuk buah kemiri mana yang harus dikenai oleh pelontar. Kemiri yang ditunjuk biasanya adalah kemiri yang posisinya sulit untuk dikenai atau apabila terkena akan mengenai kemiri lain. Dan, keempat angngambak (melontar), yaitu. pemain akan mulai melontarkan batu Pengambak-nya. Apabila dapat mengenai taruhan yang ditunjuk, maka buah kemiri taruhan tersebut menjadi milik si pelontar. Apabila buah kemiri taruhan yang terkena lontaran masuk ke dalam lubang, si pelontar berhak mengambil semua buah taruhan yang ada. Namun, apabila tidak ada satu kemiri taruhan pun yang dapat dikenai, maka pelontar harus digantikan oleh pemain yang lain. Pemain yang dapat mengumpulkan buah kemiri taruhan paling banyak dinyatakan sebagai pemenang.

Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan aklobang adalah: ketangkasan, kecermatan, keuletan, dan sportivitas. Nilai ketangkasan, kecermatan dan keuletan tercermin dari usaha para pemain untuk dapat mengenai kemiri taruhan, walaupun posisinya terkadang sangat sulit. Nilai-nilai tersebut dapat berfungsi sebagai acuan dalam menghadapi lingkungan geografisnya yang kurang menguntungkan. Dan, nilai sportivitas tercermin dari kesediaan menyerahkan buah-buah kemiri yang menjadi taruhan kepada lawan main yang keluar sebagai pemenangnya.

Sumber:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1980. Permainan Anak-Anak Daerah Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Melalatoa, M. Junus. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jilid A-K. Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Cagiva River 500 (2000)

Technical Specifications
Cagiva River 500
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Max power
Max torque
Valves
Gearbox
Final drive

oil/air cooled, single cylinder, 4-stroke
92.8 mm x 73.6 mm
498 cm3 (cc)
34 hp (25.4 kW) @ 6500 rpm
44 Nm (32.5 ft. lbs) @ 4750 rpm
4 valves per cylinder
Manual 5-Speed
Chain
Dimensions
Seat height
Wheelbase
Dry weight
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

810 mm (31.9 inches)
1390 mm (54.7 inches)
160 kg (352.7 pounds)
18 l (4.8 gallon US)
110/80-17
140/70-17
single 320 mm disc with 4-piston calipers
single 230 mm disc with 1-piston calipers

Image: http://www.motorbikes.be

Honda VT 500 C Shadow (1984)

Technical Specifications
Honda VT 500 C Shadow
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Valves
Fuel system
Clutch
Gearbox
Ratios


Starting system
Ignition

liquid cooled, v-twin, 4-stroke
65 mm x 45.2 mm
491 cm3
11.6:1
78.2 hp (58.3 kW) @ 10500 rpm
58 Nm (42.8 ft. lbs) @ 8000 rpm
DOHC, 4 valves per cylinder
34mm slanted flat-slide VP-type carburettors
Wet, multiplate with coil springs
Manual 6-Speed
1st 2.928 (41/14), 2nd 2.062 (33/16), 3th 1.647
(28/17), 4th 1.368 (26/19), 5th 1.200 (24/20), 6th
1.086 (25/23)
Electric starter
Computer-controlled digital transistorised with
electronic advance
Dimensions
Frame
Wheelbase
Seat height
Dry weight
Fuel capacity
Frame type
Suspension (front)
Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)


mm
mm
180 kg (396.8 pounds)

12,5 l (3.3 gallon US)
Mono-backbone; rectangular-section steel tube
41mm telescopic fork, 120 mm travel
Monoshock damper with 7-step adjustable preload,
125 mm travel
120/70-17
160/60-17
dual 296 mm discs with 2-piston calipers
single 240 mm disc with 1-piston calipers

Image: http://www.motorera.com

Honda CBF600S (2004)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Valves
Fuel system
Clutch
Gearbox
Ratios


Starting system
Ignition

Liquid cooled, 4 - cylinders in line, 4-stroke
65 mm x 45.2 mm
600 cm3 (cc)
11.6:1
78.2 hp (58.3 kW) @ 10500 rpm
58 Nm (42.8 ft. lbs) @ 8000 rpm
DOHC, 4 valves per cylinder
34mm slanted flat-slide VP-type carburettors
Wet, multiplate with coil springs
Manual 6-Speed
1e 2.928 (41/14), 2nd 2.062 (33/16), 3th 1.647
(28/17), 4th 1.368 (26/19), 5th 1.200 (24/20), 6th
1.086 (25/23)
Electric starter
Computer-controlled digital transistorised with
electronic advance
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Kerb weight
Fuel capacity
Frame type
Suspension (front)
Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

1240 mm (48.8 inches)
760 mm (29.9 inches)
2170 mm (85.4 inches)
785 mm (30.9 inches)
1480 mm (58.3 inches)
130 mm (5.1 inches)
197 kg (434.3 pounds)
19 l (5 gallon US)
Mono-backbone; rectangular-section steel tube
41mm telescopic fork, 120 mm travel
Monoshock damper with 7-step adjustable preload,
125 mm travel
120/70-17
160/60-17
dual 296 mm discs with 2-piston calipers
single 240 mm disc with 1-piston calipers

Image:
http://www.motorcyclespecs.co.za

Source:
http://www.fixya.com

Honda CBF600

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Idling Speed
Transmission
Starting system

Liquid-cooled 4-stroke 16-valve DOHC
67 x 42.5mm
599 cm3 (cc)
12:1
57kW / 10,500min-1 (95/1/EC)
59Nm / 8,250min-1 (95/1/EC)
1,350min-1
Manual 6-Speed
Electric starter
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Kerb weight
Oil capacity
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)


Brake (rear)

2,160 mm
765 mm
1,110 mm
800 mm
1,435 mm
135 mm
213kg (F: 103kg; R: 110kg)
3.5 litres
20 litres (including 4-litre warning)
120/70 ZR17M/C (58W)
160/60 ZR17M/C (69W)
296 x 4.5mm dual hydraulic disc with dual-piston
(*Combined three-piston) callipers, floating rotors
(*ABS) and sintered metal pads
240 x 5mm hydraulic disc with single-piston calliper
(*ABS) and sintered metal pads

Image:
http://www.visordown.com

Source:
http://www.cusworths.co.uk

Ki Bodho

(Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta)

Dahulu kala di tanah Jawa ada suatu kerajaan besar yang bernama Mataram. Kerajaan Mataran waktu itu diperintah oleh seorang raja yang sangat sakti, bergelar Sultan Agung. Suatu hari di sela-sela tapa bratanya, Kanjeng Sultan Agung mendapat wisik (petunjuk gaib) berupa suara yang membisikkan agar ia mempekerjakan seorang abdi yang bernama Ki Bodho. Apabila ia telah mempekerjaan Ki Bodho, maka Kerajaan Mataram akan tenteram, damai, dan segenap rakyatnya dapat hidup sejahtera. Setelah mendapat wisik tersebut segeralah Kanjeng Sultan Agung menyebar para abdinya ke seluruh wilayah Kerajaan Mataram untuk mencari seseorang yang bernama Ki Bodho.

Setelah orang yang bernama Ki Bodho itu diketemukan dan dihadapkan pada raja, Sultan pun segera berkata, “Ki, aku ingin minta bantuanmu untuk mengusahakan agar ketenteraman seluruh negeri dan kesejahteraan hidup seluruh rakyat dapat terjamin.”

“Ampun, baginda,” kata Ki Bodho. “Hamba ini hanyalah orang bodho (bodoh) dan tidak tahu apa-apa. Bagaimana hamba dapat membantu baginda membuat negeri menjadi tenteram dan sekaligus mensejahterakan rakyat.”

“Jangan begitu, Ki,” kata baginda lagi. “Aku tahu, bahwa Ki Bodho memiliki kelebihan. Maukah Ki Bodho menyumbang sesuatu untuk kepentingan negara dan rakyat?”

“Kalau baginda yang memerintahkan, apapun yang harus hamba lakukan, hamba tidak akan mengelak,” kata Ki Bodho.

“Bagaimana kalau tugas berat?” tanya baginda.

“Bagaimana pun beratnya, hamba selalu sendika melaksanakannya,” kata Ki Bodho.

“Jadi, Ki Bodho bersedia menjadi abdiku?” tanya baginda.

“Kalau Kanjeng Sultan menghendaki, hamba siap untuk menjadi abdi bagi Kanjeng Sultan,” kata Ki Bodho.

“Setelah kamu menyatakan kesanggupan sebagai abdiku, maka sekarang aku minta agar kamu memberi saran untuk meningkatkan ketenteraman negeri dan kesejahteraan segenap rakyat,” kata baginda.

Setelah berpikir sejenak, Ki Bodho pun berkata, “Sebaiknya baginda memelihara seekor kuda Sembrani.”

Kanjeng Sultan segera saja menerima saran dari Ki Bodho, padahal kuda sembrani (kuda yang mempunyai sayap dan dapat terbang) konon hanya terdapat di Mekkah saja. Namun, bagi Kanjeng Sultan Agung pergi ke Mekkah untuk mengambil kuda sembrani bukanlah hal yang mustahil, sebab kabarnya setiap hari Jumat ia selalu pergi ke Mekkah untuk menunaikan sholat Jumat.

Singkat cerita, Kanjeng Sultan Agung segera pergi ke Mekkah untuk membeli kuda sembrani. Sesampainya kembali ke Mataram, kuda tersebut lalu diserahkan kepada Ki Bodho yang diserahi tugas sebagai pekathik (abdi dalem yang bertugas memelihara dan mencari rumput untuk makan kuda istana).

Ternyata Ki Bodho juga memiliki kemampuan yang luar biasa, sebab rupanya sang kuda sembrani itu lebih senang makan rumput dari tanah Arab daripada rumput yang ada di Kerajaan Mataram. Oleh karena itu, untuk memberi makan kuda sembrani peliharaan Sultan, ia setiap hari harus pergi ke Mekkah untuk mencari rumput.

Kelakuan Ki Bodho yang setiap hari pergi ke Mekkah ini secara tidak sengaja beberapa kali terlihat oleh Kanjeng Sultan. Hal ini terjadi ketika Kanjeng Sultan tengah menunaikan sholat Jumat di Mekkah. Sebelum masuk ke masjid ia selalu melihat sebuah keranjang dan caping (tudung kepala sejenis topi yang terbuat dari babu) khas Kerajaan Mataram yang teronggok di pagar samping masjid.

Karena penasaran, pada suatu hari seusai bersembahyang Jumat, Kanjeng Sultan langsung mendekati caping dan keranjang itu lalu mencoretinya dengan injet (kapur sirih). Selesai memberi tanda pada keranjang dan caping itu dengan injet. Kanjeng Sultan Agung segera pulang ke Mataram.

Sesampai di Keraton Mataram, ternyata Ki Bodho sudah asyik memberi makan Kuda Sembrani. Baginda lalu mendekat sambil mengamati keranjang dan caping Ki Bodho. Ternyata keranjang dan caping itu ada tandanya ijet. Jelaslah, kerancang dan caping itu adalah keranjang dan caping yang tadi dicoretnya di depan Masjid Mekkah. Dengan peristiwa itu, tahulah baginda bahwa Ki Bodho adalah seorang sakti yang memiliki kemampuan luar biasa.

Suatu hari, ternyata Kuda Sembrani itu dapat lolos dari kandangnya, padahal palang-palang pintu kandang itu sudah ditutup kokoh. Rupanya mereka lupa, bahwa Kuda Sembrani itu dapat terbang sehingga dapat dengan mudah melarkan diri melalui tutup keyong[1] pada kandang itu.

Lolosnya Kuda Sembrani itu, membuat sedih hati Gusti Ratu Puteri, permaisuri Kanjeng Sultan Agung. Cepat-cepat Gusti Ratu Puteri berlari, maksudnya akan mengejar Kuda Sembrani. Namun, karena waktu itu Gusti Ratu sedang mengandung, maka larinya pun menjadi tersendat-sendat.

Melihat hal itu Ki Bodho segera berkata, “Jangan, Gusti. Jangan berlari mengejar kuda itu,” kata Ki Bodho kepada Gusti Ratu Puteri. “Kuda itu dapat terbang. Tak mungkin Gusti dapat mengejarnya.”

“Kuda itu adalah klangenanku. Bagaimanapun, aku harus mengejarnya,” jawab Gusti Ratu Puteri

“Serahkan saja tugas itu kepada hamba,” kata Ki Bodho. “Hamba sanggup membawa kembali kuda itu ke keraton.”

“Tidak, Ki. Aku harus menangkap kuda itu,” kata Gusti Puteri sambil terus berlari

Sementara itu, Kuda Sembrani yang lolos dari kandang itu terus terbang ke arah selatan, dan Gusti Ratu Puteri lari sekencang-kencangnya mengejar kuda itu. Karena dipergunakan untuk berlari kencang mengejar Kuda Sembrani itu, maka gugurlah kandungan Gusti Ratu Puteri. Tempat gugurnya kandungan Gusti Ratu Puteri itu, lalu dinamakan Banyu Tetes (terletak di Gunung Permoni, sebelah selatan Plered, wilayah Kota Gede). Di tempat itu kemudian dibuatkan sebuah cungkup. Jadi, cungkup yang terletak di Gunung Permoni itu, bukanlah makan seseorang, melainkan tempat untuk menguburkan kandungan Gusti Ratu Puteri yang gugur.

Saat Gusti Puteri menyesali perbuatannya, tiba-tiba muncullah dihadapannya seorang wanita yang canti jelita. Terkejutlah Gusti Ratu Puteri, menyaksikan kehadiran wanita yang sangat tiba-tiba itu. “Hai, siapakah kamu?” bertanya Gusti Ratu Puteri dengan sangat terkejut.

“Hamba mengetahui, bahwa Gusti Ratu Puteri mengejar-ngejar kuda sembrani itu,” kata wanita yang berdiri di depan Gusti Ratu Puteri.

“Siapakah kau?” tanya Gusti Ratu Puteri lagi.

“Hamba sanggup menangkapnya dan mengembalikannya ke keraton, asal Gusti Ratu Puteri bersedia mengabulkan permohonan hamba,” kata wanita itu lagi.

“Apapun yang kau minta akan kuberikan, asal kuda kesayanganku itu dapat kembali,” kata Gusti Ratu Puteri.

“Baiklah kalau begitu,” kata wanita itu.

“Siapakau kau?” tanya Gusti Ratu Puteri.

“Hamba itu Ratu Permoni[2],” jawab wanita itu. “Sekarang saya harap Gusti Ratu Puteri pulang ke keraton. Hamba akan mengantarkan kuda itu ke keraton.”

“Apakah yang kau minta, untuk imbalan jerih payahmu itu?” tanya Gusti Ratu Puteri.

“Hamba ingin diperisteri oleh Kanjeng Sultan Agung,” jawab Ratu Permoni. Mendengar jawaban itu, tertegunlah Gusti Ratu Puteri. Tetapi sudah terlanjur. Beliau sudah menyanggupi.

Pada waktu Gusti Ratu Puteri kembali ke keraton, Kuda Sembrani klangenan baginda dan Gusti Ratu Puteri, ternyata telah sampai di Keraton.

Sejak itu, maka Ratu Permoni atau Kanjeng Ratu Kidul, menjadi isteri Kanjeng Sultan Agung.

Sumber:
Diadaptasi bebas dari
Suwondo, Bambang. 1981. Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

[1] Tutup keyong adalah tutup sebelah kiri-kanan bagian atap bangunan rumah orang kebanyakan di Jawa.
[2] Ratu Permoni adalah nama lain untuk Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan Pulau Jawa.

BlackBerry 8830 World Edition

Specifications
BlackBerry 8830 World Edition
Network
2G
GSM 900 / 1800 / CDMA2000 1x EV-DO
Size
Dimensions
Weight
Display
114 x 66 x 14 mm
132 gram
TFT, 65K colors
320 x 240 pixels, 2.5 inches
Memory
Phonebook
Call records
Internal
Card slot
Yes
Yes
64 MB storage, 16 MB RAM
microSD
Data
GPRS
HSCSD
EDGE
3G
WLAN
Bluetooth
Infrared port
USB
Yes

Yes
No
No
v2.o

MiniUSB
Features
OS
CPU
Messaging
Ringtones
Browser
Radio
GPS
Games
Camera
Video
Colors
Java
BlackBerry OS
Qualcomm MSM6550 chipset
SMS, MMS, Email, Instant Messaging
Vibration; Polyphonic, MP3 ringtones
HTML

Yes
Yes


Black
Yes
- QWERTY keyboard
- Trackball navigation
- Loudspeaker
- BlackBerry maps
- Media player
- Document viewer (Word, Excel, PowerPoint, PDF)
- Voice dial
- Predictive text input
- Calculator
- Calendar
- Alarm
Battery

Stand-by
Talk time
Standard battery, Li-Ion 1400 mAh



Image: http://indonetwork.co.id

Triumph Scrambler (2009)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Clutch
Final drive
Starting system
Fuel system
Ignition

Air-cooled, DOHC, parallel-twin, 270º firing interval
90 mm x 68 mm
865 cm3 (cc)
9.2:1
60PS (59bhp) at 6,800rpm
69Nm (51ft-lbf) at 4,750rpm
Manual 5-Speed
Wet, multi-plate
X ring chain
Electric starter
Multipoint sequential electronic fuel injection with SAI
Digital - inductive type
Dimensions
Frame type
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Rake/trail
Dry weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Tubular steel cradle
2213mm (87.1in)
865mm (34.1in)
1202mm (47.3in)
825mm (32.5in)
1500mm (59.1in)
27.8º/105mm
205kg (451lb)
16 litres (3.5 gal)
Kayaba 41mm forks, 120mm travel
Kayaba chromed spring twin shocks with
adjustable preload, 106mm rear wheel travel
R19 100/90
R17 130/80
Single 310mm disc, 2 piston caliper
Single 255mm disc, 2 piston caliper

Source:
http://www.hermys.com

Triumph Bonneville (2001)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Clutch
Final drive
Starting system
Ignition

Air-cooled, DOHC, 360º parallel twin
86 mm x 68 mm
790 cm3 (cc)
9.2:1
62PS (61bhp) at 7,400rpm
60Nm (44.3ft-lbf) at 3,500rpm
Manual 5-Speed
Wet, multi-plate
X ring chain
Electric starter
Digital - inductive type
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Rake/trail
Colors
Dry weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2250mm (88.6in)
860mm (33.8in)
1105mm (43.5in)
775mm (30.5in)
1493mm (58.8in)
29º/117mm
Scarlet Red & Silver, Forest Green & Silver
205kg (451lb)
16 litres (3.5 gal)
41mm forks
twin shocks, adjustable pre-load
R19 100/90
R17 130/80
Single 310mm disc, 2 piston caliper
Single 285mm disc, 2 piston caliper

Source:
http://www.triumphtwinpower.com

Creamy Potato Salad

Recipe Provided By: EatingWell.com
Ingredients
2 large eggs
1 1/2 pounds fingerling or other small waxy thin-skinned potatoes, scrubbed
1/2 cup reduced-fat mayonnaise or soy mayonnaise
1/2 cup low-fat plain yogurt
1 tablespoon extra-virgin olive oil
1 teaspoon anchovy paste
Freshly ground pepper, to taste
2 tablespoons white-wine vinegar or rice vinegar
1/2 teaspoon salt, or to taste
1 medium red bell pepper, seeded and diced
1/2 cup finely diced red onion
1/2 cup chopped celery
1/4 cup chopped fresh parsley
2 tablespoons diced gherkin pickles
2 tablespoons drained capers, rinsed
1 tablespoon chopped fresh chives

Cooking directions
Hard-cook eggs (see Tip). Peel eggs and chop coarsely.

Meanwhile, place potatoes in a large saucepan, cover with lightly salted water and bring to a simmer over medium-high heat. Reduce heat to medium and cook, covered, until just tender, 15 to 20 minutes. Drain; let cool for about 10 minutes.

Meanwhile, whisk mayonnaise, yogurt, oil, anchovy paste and pepper in a small bowl until smooth.

Cut potatoes into cubes and place in a large bowl. Add vinegar and salt; toss gently to coat. Add bell pepper, onion, celery, parsley, gherkins, capers, chives, chopped eggs and the mayonnaise mixture; toss to coat well. Cover and refrigerate until chilled, at least 30 minutes.

Yield: 10 servings

Pastel Bandeng

Bahan:
200 gr tepung beras
1 btr telur ayam
1 sdm margarin
125 cc susu cair
sedikit garam

Isi ragout bandeng:
200 gr bandeng presto
2 sdm irisan wortel bentuk persegi kecil
1 sdm irisan halus daun bawang
1/2 sdm irisan halus daun seledri
1 sdm irisan bawang merah
merica bubuk secukupnya
1/2 sdt pala bubuk
garam secukupnya
2 sdm minyak goreng, untuk menumis

Cara membuat:
Buat kulit : campur semua bahan, uleni hingga rata dan tidak melekat di tangan. Giling tipis hingga setebal 3 mm, lalu cetak bulat menggunakan mulut gelas.

Buat ragout bandeng:
Ambil daging bandeng presto, haluskan. Sisihkan

Tumis bawang merah hingga layu, masukkan daun bawang, aduk. Masukkan wortel, daging bandeng, dan semua bumbu. Tuang sedikit air, aduk sampai kuahnya habis, lalu angkat.

Isi tiap lembar kulit dengan ragout bandeng, lalu tekuk menjadi setengah rembulan. Tekan sisi-sisinya dengan garpu supaya bergurat-gurat. Lakukan hal yang sama hingga selesai. Goreng hingga kering, angkat.

Catatan:
Karena ukuran telur tidak sama, saat mengadoni sisakan sedikit susunya. Jika adonan masih belum cukup untuk dipulung tambahkan sedikit susu.

Resep ini dibuat untuk 10 buah pastel

Sumber:
http://www.foods-recipe.com

Tumis Tahu Kacang Mete

Bahan:
2 buah egg tofu, potong-potong
500 gram tepung maizena
minyak secukupnya, untuk menggoreng
2 siung bawang putih, memarkan
2 cm jahe
2 sdm sambal bangkok
2 sdm madu
1 sdm kecap manis
garam dan merica secukupnya
1 buah paprika merah, iris
1 buah daun bawang, iris
1 buah bawang bombai, potong-potong
100 gram kacang mete goreng

Cara Membuat:
Potong egg tofu masing-masing 8 bagian, lumuri dengan tepung maizena, lalu goreng hingga matang, angkat.

Panaskan 2 sdm minyak sisa menggoreng, tumis bawang putih hingga layu. Masukkan jahe, sambal bangkok, madu, kecap manis, garam, dan merica, aduk rata.

Masukkan paprika, daun bawang, dan bawang bombai, masak sebentar, masukkan tahu dan kacang mete, aduk rata, angkat.

Sajikan hangat.

Lumpia Basah

Bahan
150 gr tepung terigu
25 gr tepung sagu
½ sdt garam
2 butir telur
400 ml santan

Isi
2 sdm margarin
2 siung bawang putih, cincang halus
75 gr bawang bombai, cincang halus
200 gr udang kupas, cincang kasar
100 gr wortel, serut kasar
150 gr rebung, potong korek api
1 sdt garam
½ sdt lada bubuk
25 ml air

Cara membuat
Buat isi: panaskan margarin, tumis bawang putih sampai harum. Masukkan bawang bombai, aduk-aduk sampai layu.

Masukkan udang, aduk-aduk sampai udang berubah warna. Tambahkan wortel, rebung, garam, lada, dan air, aduk dan masak sampai matang, sisihkan.

Buat kulit: campur tepung terigu, tepung sagu, garam, dan telur. Aduk rata lalu tuang santan sedikit semi sedikit, sambil terus diaduk sampai adonan licin.

Panaskan wajan dadar berdiameter 18 cm, olesi sedikit margarin. Tuang 1 sendok sayur ukuran kecil adonan, puteri ke sekeliling wajan. Biarkan sampai matang, angkat. Lakukan sampai adonan habis.

Ambil selembar dadar, beri 1 sendok teh adonan isi. Gulung sambil dipadatkan. Sajikan dengan saus sambal.

Untuk 30 buah

Sumber: Tabloid Nova, No. 1050/XXI 7--13 April 2008.

Triumph Bonneville (2008)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Clutch
Final drive
Starting system
Ignition

Air-cooled, DOHC, 360º parallel twin
90 mm x 68 mm
865 cm3 (cc)
9.2:1
68PS (67bhp) at 7,500rpm
69Nm (51ft-lbf) at 5,800rpm
Manual 5-Speed
Wet, multi-plate
X ring chain
Electric starter
Digital - inductive type
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Rake/trail
Colors

Dry weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2230mm (87.8in)
740mm (29.11in)
1100mm (43.3in)
775mm (30.5in)
1500mm (59.1in)
29º/117mm
Claret, Fusion White, Aluminium Silver
Jet Black (with black engine)
205kg (451lb)
16 litres (3.5 gal)
Kayaba 41mm forks, 120mm travel
Kayaba twin shocks, adjustable pre-load,
106mm rear wheel travel
R19 100/90
R17 130/80
Single 310mm disc, Nissin 2 piston floating caliper
Single 255mm disc, Nissin 2 piston floating caliper

Source:
http://www.triumphtwinpower.com

Triumph Thruxton 900 (2008)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Clutch
Final drive
Starting system
Ignition

Air-cooled, DOHC, 360º parallel twin
90 mm x 68 mm
865 cm3 (cc)
9.2:1
70PS (69bhp) at 7,400rpm
70Nm (52ft-lbf) at 5,800rpm
Manual 5-Speed
Wet, multi-plate
X ring chain
Electric starter
Digital - inductive type
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Rake/trail
Colors

Dry weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2150mm (84.6in)
950mm (37.4in)
1120mm (44.1in)
790mm (31.1in)
1500mm (59.1in)
27º/97mm
Tornado Red with White Stripe, Jet Black with Gold Stripe,
Aluminium Silver with Red Stripe
205kg (451lb)
16 litres (3.5 gal)
Kayaba 41mm forks, 120mm travel
Kayaba twin shocks, adjustable pre-load,
106mm rear wheel travel
R19 100/90
R17 130/80
Single 320mm floating disc, Nissin 2 piston floating caliper
Single 255mm disc, Nissin 2 piston floating caliper

Source:
http://www.triumphtwinpower.com

Triumph Thruxton 900 (2004)

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Clutch
Final drive
Starting system
Ignition

Air-cooled, DOHC, 360º parallel twin
90 mm x 68 mm
865 cm3 (cc)
10.2:1
70PS (69bhp) at 7,250rpm
72Nm (53ft.lbf) at 5,750rpm
Manual 5-Speed
Wet, multi-plate
X ring chain
Electric starter
Digital - inductive type
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Rake/trail
Colors
Dry weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2212mm (87.1in)
714mm (28.1in)
1170mm (46.1in)
1477mm (58.1in)
27º/97mm
Jet Black & Silver, Sunset Red & Silver
205kg (451lb)
16 litres (4.2 gal US)
41mm forks with adjustable preload
twin shocks, adjustable pre-load
R18 100/90
R17 130/80
Single 320mm floating disc, 2 piston caliper
Single 255mm disc, 2 piston caliper

Source:
http://www.triumphtwinpower.com

Triumph Rocket III

Technical Specifications
Engine
Engine type

Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Idling Speed
Transmission
Clutch
Starting system
Fuel system
Ignition

Liquid-cooled, DOHC, Longitudinal in-line 3-cylinder,
12 valves
101.6 mm x 94.3 mm
2294 cm3 (cc)
8.7:1
142PS (140bhp) at 5,750 rpm
200Nm (147ft.lbf) at 2,500 rpm
1,200min-1
Manual 5-Speed
Wet, multi-plate
Electric starter
Multipoint sequential electronic fuel injection
Digital - inductive type - via electronic engine
Management system
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Colors
Dry weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2,480 mm
880 mm
1,150 mm
740 mm
1,690 mm
Jet Black, Cardinal Red
320 kg
25 litres
43 mm upside down forks
Chromed spring twin shocks with adjustable preload
Alloy 5-spoke, 17x3.5in, 150/80-15M/C (74S)
Alloy 5-spoke, 16x7.5in, 240/500 V16
Twin 320 mm floating discs, 4 piston calipers
Single 316 mm disc, 2 piston calipers

Source:
http://www.triumphrocket.com

Honda VT750C Shadow

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Idling Speed
Transmission
Starting system

Liquid-cooled 4-stroke SOHC 52° V-twin
79 mm x 76 mm
745 cm3 (cc)
9.6:1
33.5kW/5,500min-1
64Nm/3,500min-1
1,200min-1
Manual 5-Speed
Electric starter
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Kerb weight
Oil capacity
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)

Brake (rear)

2,510 mm
920 mm
1,125 mm
658 mm
1,640 mm
130.8 mm
256.3kg (F: 117.6kg; R: 138.7kg)
3.2 litres
14.6litres (including 3.5-litre reserve)
120/90-17M/C (64S)
160/80-15M/C (74S)
296 x 6mm hydraulic disc with dual-piston calliper and
sintered metal pads
180mm leading/trailing drum

Image:
http://www.motoring.co.za

Honda CB1000R

Technical Specifications
Honda CB1000R
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Idling Speed
Transmission
Starting system

Liquid-cooled 4-stroke 16-valve DOHC inline-4
75 mm x 56.5mm
998 cm3 (cc)
11.2:1
92kW/10,000min-1 (95/1/EC)
99Nm/7,750min-1 (95/1/EC)
1,200min-1
Manual 6-Speed
Electric starter
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Kerb weight
Oil capacity
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)


Brake (rear)

2,090 mm
775 mm
1,090 mm
825 mm
1,445 mm
130 mm
217kg (F: 106kg; R: 111kg), *222kg (F: 108kg; R: 114kg)
3.6 litres
17 litres (including 4-litre LCD-indicated reserve)
120/70-ZR17M/C (58W)
180/55-ZR17M/C (73W)
310 x 4.5mm dual hydraulic disc with 4-piston
(*Combined 3-piston) callipers, floating rotors (*ABS)
and sintered metal pads
256 x 5mm hydraulic disc with dual-piston calliper
(*ABS) and sintered metal pads

Image: http://www.helmethairblog.com

Honda VFR800 ABS

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Starting system

Liquid-cooled 4-stroke 16-valve DOHC 90° V4
72 mm x 48 mm
782 cm3 (cc)
11.6:1
107 bhp at 10,500 rpm
80Nm at 8,750 rpm
Manual 6 Speed
Electric starter
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Curb mass
Oil capacity
Fuel capacity
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)


Brake (rear)

2,120 mm
735 mm
1,195 mm
805 mm
1,460 mm
130 mm
218kg
3.8 litres
22 litres
120/70-ZR17M/C (58W)
180/55-ZR17M/C (73W)
296mm x 4.5mm dual floating hydraulic disc with
Combined 3-piston callipers (*ABS) and sintered
metal pads
256 x 6mm hydraulic disc with Combined 3-piston
calliper (*ABS) and sintered metal pads

Image:
http://lzm428.com

Source:
http://www.cusworths.co.uk

Motorola PEBL U3

Specifications
Motorola PEBL U3
Network2GGSM 850 / 900 / 1800 / 1900
SizeDimensions
Weight
Display
87.5 x 49 x 22.2 mm
105 gram
TFT, 256K colors
128 x 160 pixels
MemoryPhonebook
Call records
Internal
Card slot
1000 entries, Photocall
10 dialed, 10 received, 10 missed calls
10 MB
DataGPRS
HSCSD
EDGE
3G
WLAN
Bluetooth
Infrared port
USB
Class 10 (4+1/3+2 slots), 32 - 48 kbps

Class 10, 236.8 kbps




miniUSB
FeaturesOS
CPU
Messaging
Ringtones
Browser
Radio
GPS
Games
Camera
Video
Colors
Java


SMS, EMS, MMS, EMail, Instant Messaging
Vibration; Downloadable polyphonic, MP3 ringtones, composer
WAP 2.0/xHTML


Yes
VGA, 640x480 pixels
Yes

MIDP 2.0
- Second external monochrome display (96 x 32 pixels)
- Downloadable wallpapers, screensavers
- Push to talk
- MP4 player
- iTap
- Organizer
- Voice command
- Voice memo
- Calendar
- Alarm
Battery
Stand-by
Talk time
Standard battery, Li-Ion 900 mAh
Up to 220 h
Up to 4 h

Image: http://www.swotti.com

Suzuki SV650 Sport

Technical Specifications
Suzuki SV650 Sport
Engine
Engine type: Four stroke, liquid-cooled, DOHC, 90° degree V-twin
Bore x Stroke: 81mm x 62.6mm
Displacement: 645 cm3 (cc) 
Compression ratio 11.5:1
Transmission: Manual 6-speed
Starting system: Electric starter
Dimensions
Frame 
Overall length 2085mm
Overall width 730mm
Overall height 1170mm
Seat height 800mm 
Wheelbase 1425mm 
Curb mass 172kg 
Fuel capacity 17.0 litres (3.7 gallons)
Tyre (front) 120/60ZR17 M/C (55W) tubeless 
Tyre (rear) 160/60ZR17 M/C (69W) tubeless 
Brake (front) Disc brake, twin
Brake (rear)  Dosc brake
Image: http://www.powersport.co.uk

Suzuki Intruder M1800R

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Transmission
Clutch
Ignition type
Starting system

Four stroke, 2-cylinder, liquid-cooled, DOHC, 54° V-twin
112.0 mm x 90.5 mm
1783 cm3 (cc)
10.5:1
5-speed constant mesh
Wet multi-plate type
Electronic ignition (Transistorised)
Electric starter
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Curb mass
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2480mm (97.6in)
875mm (34.4in)
1185mm (46.7in)
705mm (27.8in)
1710mm (67.3in)
130mm (5.1in)
347kg (765lbs)
19.5 litres (5.2 US gallons)
Inverted telescopic, coil spring, oil damped
Link type, coil spring, oil damped
130/70R18 M/C 63V tubeless
240/40R18 M/C 79V tubeless
Disc, twin
Disc

Image:
http://www.suzuki-gb.co.uk

Source:
http://www.suzukimotorcycle.co.in

Suzuki Heat 125

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Carburetor
Lubrication system
Transmission
Clutch
Ignition type
Starting system
Air cleaner
Battery

SOHC, 4-stroke, single cylinder, air cooled
53.5 x 55.2 mm
124 cm3 (cc)
9.6:1
13.8bhp @8,500rpm
13.4Nm @6,000rpm
VM18
Wet sump
5-speed constant mesh
Wet multi-plate type
Electronic Ignition (CDI)
Kick starter
Non-woven fabric element
12V 9.0kC (2.5 Ah)/10HR
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Dry mass
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2040 mm
770 mm
1085 mm
790 mm
1240 mm
155 mm
110 kgs
12 liters
Telescopic, Coil spring, Oil damped
Swing-arm type, Coil spring, Oil damped
2.75 -18 42P
3.00 -18 52P
Drum brake (130 mm)
Drum brake (130 mm)

Image:
http://www.zimbio.com

Source:
http://www.suzukimotorcycle.co.in

Suzuki Zeus 125

Technical Specifications
Suzuki Zeus 125
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Carburetor
Lubrication system
Transmission
Clutch
Ignition type
Starting system
Air cleaner
Battery

SOHC, 4-stroke, single cylinder, air cooled
53.5 x 55.2 mm
124 cm3 (cc)
9.6:1
13.8bhp @8,500rpm
13.4Nm @6,000rpm
VM18
Wet sump
5-speed constant mesh
Wet multi-plate type
Electronic Ignition (CDI)
Electric starter
Non-woven fabric element
12V 9.0kC (2.5 Ah)/10HR
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground clearance
Dry mass
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

2040 mm
770 mm
1125 mm
790 mm
1240 mm
155 mm
114 kgs
12 liters
Telescopic, Coil spring, Oil damped
Swing-arm type, Coil spring, Oil damped
2.75 -18 42P
3.00 -18 52P
Disc brake
Drum brake (130 mm)

Image: http://www.dancewithshadows.com

Modenas Kristar

Technical Specifications
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Carburetor
Ignition System
Lubrication
Starter system
Cooling System
Electrical Battery
Transmission type
Clutch
Primary reducation ratio
Final Reduction ration
Driving System

SOHC, 4-stroke, Single Cylinder
53 x 50.6 mm
111 cc
9.0:1
6.6kW (9.0 PS) @8500 rpm
9.3N.m (0.95kgf.m) @4000 rpm
Keihin PB18X1
Magneto to CD1
Force feed lubrication
Kick only or Kick & Electric
Air cooled
12V 3Ah or 12V 5Ah (Electric Starter)
4-speed return (Down)
Automatic & Wet multi disk
3.048 (64/21)
3.0 (42/14)
Chain
Dimensions
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Ground clearance
Dry weight
Frame type
Fuel capacity
Fuel consumption
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

1930 mm
680 mm
1058 mm
1245 mm
150 mm
103 kg
Steel pipe backbone
4.8 liters
46.95 km/L
Telescopic fork
Trailing swing arm
70/90 - 17
80/90 - 17
Disc
Drum

Source:
http://www.modenas.com.my

Sony MHC-GZR77D

Specifications
Sony MHC-GZR77D
Power Output
P.M.P.O.
Total RMS
Front (RMS)
Satellite (RMS)


4000W
360W
180W x 2
High Lighted Function
Disc Player System
Ex-change Play
LCD Panel Display
Bass Boost Function
VACS
Karaoke Scoring
Microphone Input/Volume
Dolby Digital/DTS


3 Disc Tray
Yes

GROOVE / Z-GROOVE
Yes
Yes
2 In/2 Vol
Yes/yes
DVD Function
12Bit/108Mhz Video DAC
Progressive Scan
Component Video Out


Yes
NTSC/PAL
1 (DVD USB Tuner Only)
Format/Disc Playback
DVD/VCD/CD
DivX
MPEG-4 Simple Profile
DVD-R/-RW (Video)
DVD-RW (VR)
DVD+R/+RW
DVD+R DL
MP3/JPEG
USB Function
MP3 Playback/Recording
Analogue Recording Speed
JPEG Playback


Yes/yes/yes
Yes
Yes
Yes/yes
Yes
Yes/yes
Yes
Yes

Yes
x1
Yes
Audio Input/Output
Audio In
Digital Audio Out
Tape Deck
Auto Reverse (A/B)
Operation
Speakers - Front
Operation
Horn Tweeter
Tweeter Unit
Woofer Unit
Hybrid Dual Woofer
Magnetic (AV) Shield
Digital FM/AM Tuner
Station Preset
Remote Commander
Size
Main Unit
Front Speaker
Satellite Speaker
Weight
Main Unit
Front Speaker
Satellite Speaker


1
1

-/yes
Full logic

3 Way Hybrid Dual Woofer
Yes
Xcross Emission Horn, 5cm
13cm x 1
Yes
Yes

FM20/AM10
Yes

280 x 326 x 440 mm
252 x 349 x 265 mm


11.9 kg
4.8 kg

Image: http://www.sony.co.id/product/mhc-gzr77d/sku/mhc-gzr77d_csp2#spec

Upacara Kebo-keboan pada Masyarakat Using (Banyuwangi, Jawa Timur)

Pengantar
Banyuwangi adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Di sana ada sebuah etnik yang bernama Using[1]. Di kalangan mereka, khususnya yang berdiam di Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, ada sebuah upacara tradisional yang sangat erat kaitannya dengan bidang pertanian yang disebut sebagai “Kebo-keboan”. Maksud diadakannya upacara itu adalah untuk meminta kesuburan tanah, panen melimpah, serta terhindar dari malapetaka baik yang akan menimpa tanaman maupun manusia yang mengerjakannya.

Sejak kapan upacara kebo-keboan diadakan? Sampai kini belum ada yang mengetahuinya secara pasti. Namun, menurut cerita yang berkembang secara turun-temurun di kalangan masyarakat Krajan, kisah dibalik adanya upacara kebo-keboan tersebut berawal ketika Dusun Krajan mengalami pagebluk, yaitu timbulnya berbagai macam hama penyakit yang menyebabkan kematian tanaman pertanian. Untuk mengatasi bencana tersebut, salah seorang tokoh masyarakat setempat yang bernama Buyut Karti mengadakan ritual dengan cara menirukan perilaku seekor kerbau yang sedang membajak sawah. Dan, ternyata ritual tersebut mampu menjadi penghalau dari berbagai macam bencana yang menimpa Dusun Krajan. Akhirnya, ritual yang kemudian dinamakan kebo-keboan itu dilakukan secara rutin setiap tahun sekali.

Waktu, Tempat, Pemimpin dan Pihak-pihak yang Telibat dalam Upacara
Upacara kebo-kebon di Dusun Krajan dilaksanakan satu kali dalam satu tahun yang jatuh pada hari Minggu antara tanggal 1 sampai 10 Sura (tanpa melihat hari pasaran). Dipilihnya hari minggu sebagai hari penyelenggaraan dengan pertimbangan bahwa pada hari tersebut masyarakat sedang tidak bekerja (libur), sehingga dapat mengikuti jalannya upacara. Sedangkan, dipilihnya bulan Sura dengan pertimbangan bahwa Sura, menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, adalah bulan yang keramat.

Sebagaimana upacara pada umumnya, upacara kebo-keboan di Krajan juga dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui dalam upacara ini adalah sebagai berikut: (1) tahap selamatan di Petaunan; (2) tahap ider bumi atau arak-arakan mengelilingi Dusun Krajan; dan (3) tahap ritual kebo-keboan yang dilaksanakan di daerah persawahan Dusun Krajan.

Pemimpin dalam upacara kebo-keboan ini bergantung pada kegiatan atau tahap yang dilakukan. Pada tahap selamatan di Petaunan, yang bertindak sebagai pemimpin upacara adalah kepala Dusun Krajan. Sedangkan, yang bertindak sebagai pemimpin upacara saat mengadakan ritual ider bumi dan kebo-keboan adalah seorang pawang yang dianggap sebagai orang yang ahli dalam memanggil roh-roh para leluhur.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan upacara adalah: (1) para aparat Dusun Krajan; (2) beberapa kelompok kesenian yang ada di wilayah Alasmalang; (3) empat orang atau lebih yang nantinya akan menjadi kebo-keboan dan (4) warga masyarakat lainnya yang membantu menyiapkan perlengkapan upacara maupun menyaksikan jalannya upacara.

Jalannya Upacara
Satu minggu menjelang waktu upacara kebo-keboan tiba, warga masyarakat yang berada di Dusun Krajan mengadakan kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan rumah dan dusunnya. Selanjutnya, satu hari menjelang pelaksanaan upacara, para ibu bersama-sama mempersiapkan sesajen yang terdiri atas: tumpeng, peras, air kendi, kinang ayu, aneka jenang, inkung ayam dan lain sebagainya. Selain itu, dipersiapkan pula berbagai perlengkapan upacara seperti para bungkil, singkal, pacul, pera, pitung tawar, beras, pisang, kelapa dan bibit tanaman padi. Seluruh sesajen tersebut selain untuk acara selamatan, nantinya juga akan ditempatkan di setiap perempatan jalan yang ada di Dusun Krajan.

Pada malam harinya para pemuda menyiapkan berbagai macam hasil tanaman palawija seperti pisang, tebu, ketela pohon, jagung, pala gumantung, pala kependhem, pala kesimpar. Tanaman tersebut kemudian ditanam kembali di sepanjang jalan Dusun Krajan. Selain itu, mereka mempersiapkan pula bendungan yang nantinya akan digunakan untuk mengairi tanaman palawija yang ditanam.

Pagi harinya, sekitar pukul 08.00, diadakan upacara di Petaunan yang dihadiri oleh panitia upacara, sesepuh dusun, modin, dan beberapa warga masyarakat Krajan. Pelaksanaan upacara di tempat ini berlangsung cukup sederhana, yaitu hanya berupa kata sambutan dari pihak panitia upacara, kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh modin dan diakhiri dengan makan bersama.

Selanjutnya, para peserta upacara yang terdiri dari para sesepuh dusun, seorang pawang, perangkat dusun, dua pasang kebo-keboan (setiap kebo-keboan berjumlah dua orang), para pembawa sesajen, pemain musik hadrah, pemain barongan dan warga Dusun Krajan akan melakukan pawai ider bumi mengeliling Dusun Krajan. Pawai ini dimulai di Petaunan kemudian menuju ke bendungan air yang berada di ujung jalan Dusun Krajan. Sesampainya di bendungan, jagatirta (petugas pengatur air) akan segera membuka bendungan sehingga air mengalir ke sepanjang jalan dusun yang sebelumnya telah ditanami tanaman palawija oleh para pemuda. Sementara, para peserta upacara segera menuju ke areal persawahan milik warga Dusun Krajan. Di persawahan inilah kebo-keboan tersebut memulai memperlihatkan perilakunya yang mirip seperti seekor kerbau yang sedang membajak atau berkubang di sawah. Pada saat kebo-keboan sedang berkubang, sebagian peserta upacara segera turun ke sawah untuk menanam benih padi.

Setelah benih tertanam, para peserta yang lain segera berebut untuk mengambil benih padi yang baru ditanam tersebut. Benih-benih yang baru ditanam itu dipercaya oleh warga masyarakat Dusun Krajan dapat dijadikan sebagai penolak bala, mendatangkan keberuntungan serta membawa berkah. Pada saat para peserta memperebutkan benih tersebut, para kebo-keboan yang sebelumnya telah dimantrai oleh pawang sehingga menjadi trance, akan segera mengejar para pengambil benih yang dianggap sebagai pengganggu. Namun, para kebo-keboan itu tidak sampai mencelakai para pengambil benih karena sang pawang selalu mengawasi setiap geraknya. Setelah dirasa cukup, maka sang pawang akan menyadarkan kebo-keboan dengan cara mengusapkan pitung tawar pada bagian kepalanya. Setelah itu, mereka kembali lagi ke Petaunan.

Sebagai catatan, sebelum tahun 1965 pelaksanaan ider bumi tidak hanya mengelilingi sepanjang jalan Dusun Krajan saja, melainkan juga ke arah batu besar yang ada di empat penjuru angin yang diawali dengan berjalan ke arah timur menuju Watu Lasa, kemudian ke barat menuju Watu Karang, lalu ke selatan menuju Watu Gajah dan ke arah utara menuju Watu Naga.

Sesampainya di Petaunan, peserta upacara kembali ke rumah masing-masing sambil membawa padi yang tadi mereka ambil di sawah untuk dijadikan sebagai penolak bala dan juga sekaligus pembawa berkah. Malam harinya, mereka kembali lagi ke Petaunan untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit dengan lakon Sri Mulih yang mengisahkan tentang Dewi Sri. Lakon tersebut dipentaskan dengan harapan agar warga Dusun Krajan mendapatkan hasil panen padi yang melimpah. Dan, dengan dipentaskannya kesenian wayang kulit di Petaunan itu, maka berakhirlah seluruh rentetan dalam upacara kebo-keboan di Dusun Krajan.

Nilai Budaya
Upacara kebo-keboan di Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kabupaten Banyuwangi, jika dicermati secara mendalam, mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian, gotong royong, dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat, makan bersama dan doa bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.

Nilai ketelitian tercermin dari proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu proses, upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi, maupun sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, dibutuhkan ketelitian.

Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi pemimpin upacara, dan lain sebagainya.

Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselataman dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.

Sumber:
Purwaningsih, Ernawati. 2007. “Kebo-keboan, Aset Budaya di Kabupaten Banyuwangi”, dalam Jantra Vol. 2 No. 4. Desember 2007. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Wahjudi Pantja Sunjata, 2007. Fungsi dan Makna Upacara Tradisional Kebo-keboan. Yogyakarta: Eja Publisher.

[1] Wilayah pemukiman masyarakat Using hanya tercatat di 9 dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, yaitu di Kecamatan Banyuwangi, Giri, Glagah, Kabat, Rogojampi, Snggon, Singojuruh, Cluring, dan Genteng.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive