Permainan Mallulok (Sulsel)

Luwuk adalah salah satu daerah yang tergabung dalam Provinsi Sulawesi Selatan. Di daerah ini ada sebuah permainan yang oleh mereka disebut mallulok. Mallulok merupakan kata jadian (penggabungan) dari dua kata, yakni ma yang berarti “melakukan sesuatu” dan lulok yaitu nama sebuah alat yang digunakan untuk menghalau binatang, terutama burung-burung. Alat ini jika dipergunakan akan mengeluarkan suara yang bising. Kebisingan inilah yang kemudian membuat binatang atau burung-burung ketakutan (lari menjauh).

Konon, pada walnya permainan ini dilakukan oleh anak-anak petani ketika sawah telah kering dan bersih dari tanaman padi (seudah panen). Dalam permainan ini, siapa yang kalah harus berteriak-teriak, sehingga burung-burung yang menyerang padi-padi yang lepas dari tuaian menjadi ketakutan dan berterbangan. Ketika itu, alat yang digunakan untuk bermain bukan batu pipih yang, jika dilempar, dapat mengeluarkan suara yang bising, tetapi sembarang batu.

Dalam perkembangannya, permainan ini tidak hanya dimainkan di sawah saja, melainkan di sekitar permukiman penduduk (perkampungan). Teriakan-teriakan keras yang dilakukan oleh pemain yang kalah tentunya mengganggu ketenangan warga dan karenanya banyak yang melarangnya. Lalu, sebagai ganti teriakan pemain, digunakan batu yang berbentuk pipih, yang jika dilontarkan akan mengeluarkan suara yang menyerupai suara lulok. Suara yang keluar dari batu pipih tersebut, walau tidak terlalu bising, dianggap dapat menggantikan suara teriakan pemain yang kalah. Oleh karena itu, permainan ini kemudian disebut sebagai mallulok.

Pemain
Mallulok adalah suau permainan yang memerlukan fisik dan tenaga yang kuat, sehingga permainan ini pada umumnya dilakukan oleh laki-laki, baik anak-anak maupun remaja (usia 7--16 tahun). Permainan ini dilakukan secara kelompok. Jadi, ada 2 kelompok yang masing-masing beranggotakan 3 orang.

Tempat permainan
Mallulok dapat dimainkan di mana saja, dengan catatan di atas areal yang luasnya 80 meter persegi (10 x 8 meter). Jadi, bisa di lapangan, di pekarangan rumah (adat) ataupun di tempat-tempat lain yang memungkinkan. Arena yang luasnya 80 meter persegi itu diberi 3 buah garis batas lontar. Garis pertama jaraknya sekitar 9 meter dari batu lulok, garis kedua sekitar 7,5 meter, dan garis ketiga (terakhir) jaraknya sekitar 6 meter.

Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan adalah sebuah batu yang bentuknya agak bulat dan pipih dengan diameter sekitar 6 cm (untuk setiap pemain). Batu-batu tersebut bukan buatan pemain, tetapi “batu alam” (terbentuk secara alami) yang dapat diperoleh (dicari) di sekitar sungai. Batu ini sering disebut sebagai pengngambak. Selain batu itu, ada juga batu lulok yang berukuran besar (sebesar buah kelapa), yang digunakan sebagai sasaran lontaran.

Aturan Permainan
Inti dari permainan yang disebut sebagai mallulok ini, adalah pelontaran pengngambak ke batu sasaran (batu lulok). Regu yang dapat mengenai batu sasaran, dinyatakan sebagai pemenangnya. Aturan mainnya adalah sebagai berikut: (1) lontaran yang dianggap sah adalah yang berhasil mengenai batu sasaran (batu lulok); (2) apabila pengngambak jatuhnya berdempetan dengan batu lulok, maka pengngambak akan digeser. Jika dalam pergeseran itu batu pengngambak bergoyang/bergetar, maka lontaran tersebut dianggap sah. Namun, jika tidak, lemparan dianggap tidak sah; (3) apabila salah satu anggota regu berhasil mengenai batu lulok, maka anggota yang lain dalam regu tersebut tidak perlu melempar lagi, dan dapat maju ke garis batas lemparan yang berikutnya; (4) apabila pelontar pertama tidak dapat mengenai batu lulok, maka dapat diganti oleh anggota regunya yang lain; (5) pemain yang lontarannya mengenai batu pengngambak lawan yang sudah terlebih dahulu dilontarkan, harus kembali mengulangi lontarannya; (6) sebelum mulai melontar, pemain harus berjongkok dan melentingkan batu pengngambaknya terlebih dahulu ke udara melewati batas lutut, dan kemudian ditangkap kembali. Apabila tidak berhasil menangkap, pemain tersebut tidak diperkenankan untuk melontar; dan (7) pergantian pelontar dilakukan apabila seluruh anggota regu tidak dapat mengenai batu lulok.

Proses Permainan
Permainan ini diawali dengan undian untuk menentukan regu mana yang akan mulai permainan. Proses pengundian dimulai dengan berbarisnya setiap anggota regu pada garis anjak yang terjauh dari batu lulok. Kemudian, satu-persatu anggota kedua regu tersebut akan melemparkan pengngambaknya ke arah batu sasaran. Bagi regu yang anggotanya paling banyak mengenai batu lulok, maka regu tersebut akan memulai permainan. Namun, apabila tidak ada seorang pun yang dapat mengenai batu sasaran, maka batu pengngambak pemain yang paling dekat dengan sasaran yang akan memulai permainan. Selanjutnya, bagi regu yang kalah, akan berdiri di dekat batu lulok untuk mengamati jalannya permainan. Sedangkan, anggota regu yang mendapat giliran untuk melontar berdiri di garis anjak yang terjauh dari batu lulok (jaraknya sekitar 9 meter). Sebelum mulai melontar, anggota regu yang mendapat giliran akan berjongkok dan melentingkan batu pengngambaknya hingga melebihi lutut sebelum ditangkap kembali. Apabila ia dapat menangkap pengngambaknya, maka pemain tersebut baru diperbolehkan melontarkannya ke batu sasaran. Apabila pemain tidak berhasil menangkap pengngambak yang dilentingkannya, maka ia dianggap gagal dan harus digantikan oleh anggota regunya yang lain.

Cara-cara melempar yang ditetapkan pada setiap garis anjak dapat dibagi menjadi 3, yaitu: (1) Pada garis anjak pertama, pemain boleh melontarkan pengngambaknya sambil berdiri. Apabila salah seorang dari anggota ada yang berhasil mengenai batu lulok, maka seluruh anggota regu dinyatakan berhasil dan dapat maju ke garis anjak yang kedua; (2) pada garis anjak yang kedua, pemain diharuskan untuk melontar sambil berjongkok. Pada tahap ini, pemain juga diharuskan untuk melentingkan pengngambaknya terlebih dahulu sebelum melontarkannya ke arah batu lulok; dan (3) pada garis anjak yang terakhir, yang berjarak sekitar 6 meter dari batu lulok, pemain diharuskan berjongkok dengan kaki kanan ke depan. Saat berada dalam posisi tersebut, pemain kemudian akan melontarkan pengngambaknya dari belakang, melewati “lorong” di antara kedua kakinya. Apabila telah berhasil mengenai batu lulok maka regu tersebut akan mendapatkan satu nilai, dan permainan dimulai lagi seperti semula dengan regu pelontar menjadi pengamat dan sebaliknya, regu pengamat menjadi pelontar. Bagi regu yang berhasil mendapatkan satu nilai, dipersilahkan untuk melemparkan batu pengngambaknya sejauh mungkin. Tempat jatuhnya batu pengngambak tersebut, nantinya akan digunakan sebagai “garis start” yang harus ditempuh oleh regu yang kalah untuk menggendong regu yang menang, hingga ke garis anjak permainan. Dalam permainan mallulok, regu yang paling banyak mendapatkan nilai akan dinyatakan sebagai pemenang.

Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan yang disebut sebagai mallulok adalah: kerja keras, kerja sama dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha agar pengngambak yang dilontarkannya dapat mengenai sasaran (batu lulok). Nilai kerja sama tercermin dari kekompakan setiap regu, yang anggotanya akan saling membantu agar dapat melewati tahap-tahap permainan secara bersama-sama, sampai berhasil mendapatkan satu nilai. Nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.

Sumber:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1980. Permainan Anak-Anak Daerah Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive